Seleb, Jakarta - Mereka sama-sama kehilangan. Beberapa gundukan besar kuburan masal terhampar di sebuah area, lebih dari 600 jasad terkubur di dalamnya. Di Puluhan Film Dokumenter Diputar di Arkipel dan Doc by the Sea

Sisa-sisa kerusuhan kembali diperlihatkan. Rumah dan gedung, gedung yang masih terbakar, bangkai mobil di tengah jalan, batu-batu yang berserakan menyisakan luka. Kemudian beralih pada layar yang memperlihatkan sang imam berdialog dengan jamaahnya di masjid, sementara di gereja beberapa jamaah perempuan mengumandangkan doa dalam nyanyian di hadapan sang pastor.

Mereka kehilangan banyak saudara, kerabat, teman, harta, benda karena kerusuhan antar agama. Ashafa yang muslim konservatif memimpin jamaah bersengketa melawan jamaah Wuye, pendeta Kristen yang fanatik. Kebencian meluberi hati mereka apalagi dengan kehilangan yang mereka alami.

Ashafa kehilangan dua keponakannya, sementara Wuye, kehilangan tangan kanannya. Kini dia memakai tangan palsu. “Kebencianku pada muslim tak terbatas,” begitu Wuye mengungkap kebencian di hatinya. Ia bahkan berniat membunuh Ashafa saking bencinya.

Dalam kilas balik, Wuye akhirnya memupus habis kebenciannya. Ia memaafkan Ashafa meski tak mudah. Awalnya ia ragu,  butuh tiga tahun untuk pendeta ini menerima permintaan Ashafa. Perjalanan panjang kedua pemimpin umat ini memang berliku. Mereka kemudian bergerak dalam sebuah lembaga rekonsiliasi antar agama. Menyerukan perdamaian saja tak cukup, mereka turun ke akar rumput, jamaah mereka.

Dalam sorotan kamera mereka mendengarkan keluh kesah dan kemarahan jamaah yang juga kehilangan dan masih diruapi kemarahan dan dendam, diselingi wawancara kepada keduanya baik bersama-sama atau terpisah. Imam Ashafa juga menyatakan, meski mereka berbeda secara keyakinan, namun mereka berjanji untuk membuat dunia yang lebih aman dan damai. Aktivitas mereka diganjar sejumlah penghargaan dan film ini diputar pertama kali di London dan New York.

Inilah yang kemudian mengantar mereka pada jalan rekonsiliasi kedua kelompok agama ini. Dalam film The Imam and the Pastor, besutan Journeyman Picture,  titian perdamaian dua kelompok ini dipertontonkan dalam durasi 39 menit. Pada September nanti keduanya akan mengunjungi Indonesia.