Cantik, Jakarta - Proses pembuatan The Art Of Table Setting, Belajar Menata Meja dari Buku )

Dari awal, proses pembuatan kain berbahan baku kapas asli ini menggunakan teknik ikat dengan memanfaatkan daun gewang untuk menciptakan motif. Setelah itu, kain dijemur dalam sepekan setiap sekali pencelupan warna.

Setelah semua warna sudah selesai, kain dicelup dengan minyak kemiri. Setelah kering, kain ditaruh di dalam keranjang untuk proses pemeraman atau pematangan selama sebulan.

kain tenun Sumba hingga kini masih menggunakan pewarna alam, yakni akar mengkudu untuk warna merah, daun indigo untuk warna hitam, dan kayu kuning atau sogan untuk warna kekuningan. Palet warna inilah yang menjadi pembeda kain Sumba.

Motif
Motif dengan bentuk bervariasi dibentuk dengan ukuran yang masif. Banyak motif yang terinspirasi dari hewan, misalnya motif kuda yang melambangkan harga diri perempuan, maka kain ini juga digunakan sebagai mas kawin.

Selain hewan, kain papanggan atau kain yang memvisualisasikan prosesi pemakaman raja, juga sering dipakai saat acara adat. (baca:Tenun Ikat Sumba Jangan Digunting, Begini Alasannya)


Dengan waktu sekitar enam bulan, pengerjaan dan keterampilan pemotifan khusus, tak heran kain ini dihargai pada kisaran Rp10 juta – Rp300 juta.

Hal ini langsung menyita perhatian lembaga baru yang digagas oleh Dian Sastrowardoyo dan rekan-rekannya. Yayasan Dian Sastrowardoyo berupaya menjembatani para perajin dengan pecinta kain tradisional yang banyak tersebar di perkotaan.

Salah satunya menggalang dana melalui penjualan kain tenun koleksi kelompok penenun Lukamba Nduma Luri. Keuntungan dari penjualan digunakan untuk pengadaan akses air bersih di Wairinding, Kecamatan Pandawai bekerja sama dengan Waterhouse Project dan renovasi rumah adat Prainatang, Sumba Timur.

Penduduk Wairinding masih mengalami keterbatasan dengan akses air bersih. Mereka harus berjalan sekitar 2 jam untuk mencapai sumber mata air yang terletak di bukit yang sulit dijangkau.

BISNIS